
Pemerintahan Korea Selatan sangat mendukung dan memberikan peluang
pembangunan industrial dan pengembangan SDM yang sangat merata. Berawal dari
pemerintahan Presiden Park Chung Hee,mantan
militer yang memiliki strategi memperkuat
perekonomian dengan Badan Pembangunan Ekonomi
(BPE) program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang disusun dalam 4
tahap yaitu tahap pertama dan kedua yaitu tahap pembangunan industri (1972-1976),
tahap ketiga menciptakan keseimbangan antara industri dan pertanian, dan
keempat (1977-1981)adalah tahap pembangunan ekonomi mandiri dan pemerataan hasil
pembangunan. Perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan rencana-rencana yang dilakukan
oleh Kementerian Industri, perdagangan, peternakan, keuangan pembangunan,
transportasi, Komunikasi berada di bawah
pengawasan BPE. BPE mencanangkan target-target untuk semua variabel ekonomi terpenting
termasuk investasi, konsumsi, tabungan, tingkatan-tingkatan output, impor dan ekspor, serta alokasi-alokasi terinci oleh
sektor-sektor industri. BPPE bersama dengan kementrian-kementrian itu mempunyai
wewenang untuk mengubah pajak, tarif, subsidi, tarif keperluan-keperluan umum,
mengontrol harga barang-barang tertentu, dan juga mengubah lisensi-lisensi
impor, lisensi-lisensi investasi, penggunaan devisa, dan lisensi-lisensi
pendirian usaha baru tanpa membutuhkan persetujuan Majelis Nasional. bahkan proses pembangunan BPE ini mampu mengevaluasi dan monitoring keseluruhan industri dengan bunga minimum.BPE mempunyai kekuasaan yang sangat besar termasuk menguasai bank-bank komersial.
Negara merupakan pemegang saham terbesar sehingga sangat berkuasa dalam
menentukan kebijakan-kebijakan perbankan.
![]() |
Park Chung Hee, dibalik sosok Pembangunan Ekonomi Korea selatan |

Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara desa dengan kota,
Presiden Park mencanangkan Gerakan Masyarakat Baru dengan tujuannya sebagai
pencerahan rakyat pedesaan melalui pendidikan
masyarakat baru‟ untuk mengubah bentuk pandangan dan tingkah laku ikatan tradisional dan jeratan kemiskinan masyarakat desa, membantu mengembangkan kerajinan dan penghematan, semangat untuk kerja sama dan menolong diri sendiri, dan memodernisasi masyarakat pedesaan. Selain mencegah kecenderungan tak seimbang antara industri-perkotaan dengan pertanian-pedesaan, konsep ini berupaya memperbesar saluran pembangunan sektor ekonomi pertanian-pedesaan. Gerakan dimulai dengan menginventarisasi aset lokal yang jarang dimanfaatkan dan diolah menjadi sesuatu yang dapat memperbaiki standar hidup setempat dan memperbesar keuntungan yang diperoleh warga. Esensi lain Saemaul Undong adalah wujud pembangunan dari bawah berdasarkan inisiatif dan partisipasi lokal. Proyek ini diwujudkan melalui pembentukan koperasi wargasetempat yang berpedoman pada inisiatif lokal, pemanfaatan tenaga kerja serta material dan ketrampilan mereka. Gerakan Saemaul undong dioperasikan melalui tiga tahapan. Pada tahap awal dilakukan berbagai perbaikan lingkungan hidup pedesaan terutama yang menyangkut fasilitas fisik. Tahap selanjutnya adalah memperbaiki infrastruktur dasar, dan tahap terakhir adalah memperluas kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian di samping menggarap aktivitas lain yang dapat meningkatan pendapatan dan kesejahteraan warga setempat. pada tahun 1973 pemerintah membuat Village Cooperation Scheme (VCS) untuk menindaklanjuti Gerakan Saemaul dengan memperluas cakupan wilayah desa, yang membentuk kerja sama antara unit produksi bersama dengan desa yang mengasilkan perumahan modern masyarakat desa, pembangunan jalan dan saluran air, pembangunan sanitasi dan memberikan pengetahuan sains teknologi, industri pendesaan dan fasilitas pemasaran. hasil yang telah dilalui dalam Gerakan Saemul Undong senasional ini mencapai 706 pabrik dibangun di kawasan pedesaan yang hampir seluruhnya terdapat insentif pemerintah berupa subsidi. investasi pemerintah hanya sebagai pelengkap dalam kaitan dengan orgaisasi dan mobilisasi, pendapatan petani mengalami peningkatan 9,5% pertahun, serta mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan investasi di daerah pendesaan hingga meningkat 20%.
masyarakat baru‟ untuk mengubah bentuk pandangan dan tingkah laku ikatan tradisional dan jeratan kemiskinan masyarakat desa, membantu mengembangkan kerajinan dan penghematan, semangat untuk kerja sama dan menolong diri sendiri, dan memodernisasi masyarakat pedesaan. Selain mencegah kecenderungan tak seimbang antara industri-perkotaan dengan pertanian-pedesaan, konsep ini berupaya memperbesar saluran pembangunan sektor ekonomi pertanian-pedesaan. Gerakan dimulai dengan menginventarisasi aset lokal yang jarang dimanfaatkan dan diolah menjadi sesuatu yang dapat memperbaiki standar hidup setempat dan memperbesar keuntungan yang diperoleh warga. Esensi lain Saemaul Undong adalah wujud pembangunan dari bawah berdasarkan inisiatif dan partisipasi lokal. Proyek ini diwujudkan melalui pembentukan koperasi wargasetempat yang berpedoman pada inisiatif lokal, pemanfaatan tenaga kerja serta material dan ketrampilan mereka. Gerakan Saemaul undong dioperasikan melalui tiga tahapan. Pada tahap awal dilakukan berbagai perbaikan lingkungan hidup pedesaan terutama yang menyangkut fasilitas fisik. Tahap selanjutnya adalah memperbaiki infrastruktur dasar, dan tahap terakhir adalah memperluas kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian di samping menggarap aktivitas lain yang dapat meningkatan pendapatan dan kesejahteraan warga setempat. pada tahun 1973 pemerintah membuat Village Cooperation Scheme (VCS) untuk menindaklanjuti Gerakan Saemaul dengan memperluas cakupan wilayah desa, yang membentuk kerja sama antara unit produksi bersama dengan desa yang mengasilkan perumahan modern masyarakat desa, pembangunan jalan dan saluran air, pembangunan sanitasi dan memberikan pengetahuan sains teknologi, industri pendesaan dan fasilitas pemasaran. hasil yang telah dilalui dalam Gerakan Saemul Undong senasional ini mencapai 706 pabrik dibangun di kawasan pedesaan yang hampir seluruhnya terdapat insentif pemerintah berupa subsidi. investasi pemerintah hanya sebagai pelengkap dalam kaitan dengan orgaisasi dan mobilisasi, pendapatan petani mengalami peningkatan 9,5% pertahun, serta mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan investasi di daerah pendesaan hingga meningkat 20%.
Hingga kini, Ekonomi Korea Selatan semakin pesat dan kuat dalam bersaing pasar ekonomi asean hingga negara lain. pembangunan ekonomi yang sangat dirasakan oleh masyarakat dengan kesejahteraan, dan maju. Pemerintah mampu memantau, mengevaluasi, monitoring dan memfasilitasi semua kebutuhan masyarakat baik di bidang pendidikan, pekerjaan, perumahan, perkotaan, hingga sanitasi serta teknologi sains. Ekonomi yang kuat dengan GDP Korea Selatan meningkat setiap 5 tahunnya, Pada tahun 2005 Korea Selatan telah berubah menjadi negara Industrial. Keunggulan yang telah diraihnya yaitu dalam bidang akses internet kecepatan tinggi, semikonduktor memori, monitor layar datar, telephone genggam (LG, Samsung,dll,) Korea Selatan juga menduduki peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintesis, kelima otomotif, dan keenam dibidang industri baja. Negara ini juga berada pada peringkat ke 12 dalam PDB nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan yang relatif merata.
Korea Selatan mampu membangun kekuatan industri yang begitu dahsyat meskipun tidak didukung oleh sumber daya alam yang memadai. kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Park Chung Heei menunjukkan bahwa kesuksesan pembangunan ekonomi Korea terletak pada kemampuan
manusianya, terutama pada pemimpinnya berkaitan dengan strategi kebijakan yang
dijalankannya. Pemerintah menyadari pentingnya industri dasar yang akan menjadi
katalis bagi berkembangnya industri hilir lainnya.Keajaiban ekonomi Korea
Selatan yang telah dicapai sampai saat ini tentu bukan semata-mata pada faktor
pemerintahnya saja melainkan juga dukungan masyarakat Korsel itu sendiri.
Budaya kerja dan etos kerja yang tinggi serta kecintaan terhadap produk-produk
dalam negeri menjadikan produk-produk yang dihasilkan Korea dikonsumsi oleh
pasar dalam negeri dan luar negeri. Dengan melihat pengalaman yang ada
Indonesia dapat belajar dari Korea.
Sumber : https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/4336/3763
Komentar
Posting Komentar