Shibuya Cafe, Jakarta.
Pasukan Bijak Sampah dan Waste4change telah diberikan kesempatan untuk mewawancarai Jakarta Osoji Club bersama Bapak Tsuyoshi Ashida selaku founder Jakarta Osoji Club dan Kak Leny selaku relawan Jakarta Osoji Club. Pewawancara dari Pasukan Bijak Sampah yaitu Safira(saya) dan Reny, sedangkan dari Waste4change ada kak Chairul. Diskusi menarik mengenai pengalaman kegiatan Osoji Club, isu persampahan, manajemen persampahan di Jepang dan Indonesia, serta berbagai pengalaman dari relawan selama kegiatan osoji club.
Jakarta Osoji Club merupakan komunitas peduli lingkungan khususnya persampahan dan tertarik dengan budaya Jepang dalam kebersihan lingkungannya sehingga mewujudkan keinginan tersebut untuk Indonesia. Jakarta Osoji Club atau disingkat JOC tersebut didirikan pada
tahun 2012, visi yaitu menyadarkan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, mewujudkan jakarta menjadi kota bersih,rapih dan nyaman. misinya yaitu menghilangkan kebiasaan membuang sampah
sembarangan, mengajak masyarakat untuk menciptakan lingkungan bersih dan tertata rapih. Jumlah anggota relawan sampai saat ini sekitar 300 orang dari
berbagai daerah regional yang sudah tersebar dari
Medan,Bandung,Jogja,Banyuwangi,Surabaya,Solo,dan Malang, Ketua komunitas
Tsuyoshi Ashida yang keturunan Indonesia – Jepang, dan terdidik sejak
kecil kedisiplinan budaya jepang dalam hal menjaga kebersihan lingkungan,
sehingga membawa kebiasaan positif untuk negara Indonesia dengan cara membuat
lingkungan bersih dan nyaman,serta menghapus kebiasaan buruk yaitu membuang
sampah sembarangan. Kegiatan Osoji club yaitu memungut sampah di Stadion Gelora
Bung Karno setiap 2minggu sekali, event festival jepang dengan cara
mengedukasi pengunjung di acara dan pungut sampah, serta melakukan kampanye
‘’Malu Buang Sampah Sembarangan’ke sekolah dan event lainnya, untuk menjadi
anggota hanya datang disaat kegiatan
berlangsung tanpa recruitmen kecuali disaat kegiatan event festival jepang
untuk menjadi anggota harus di pilih anggota relawan terbaik yang komitmen
untuk bekerja dari acara dimulai hingga selesai.
Founder JOC yang biasa disapa Ashida-san, menceritakan asal mula adanya gerakan aksi memetik sampah jakarta osoji "Masalah lingkungan itu luas salah satunya adalah sampah, kita hanyalah manusia biasa sehingga salah satu untuk merubah perilaku yaitu memetik(memungut) sampah. Apabila kita ingin menegur seseorang untuk lingkungan harus bersih pasti akan timbul perasaan sedikit kesal, maka lebih baik memperlihatkan sikap melalui aksi yaitu memetik sampah.itulah awal mula komunitas Osoji Club Jakarta dimulai."
Founder JOC yang biasa disapa Ashida-san, menceritakan asal mula adanya gerakan aksi memetik sampah jakarta osoji "Masalah lingkungan itu luas salah satunya adalah sampah, kita hanyalah manusia biasa sehingga salah satu untuk merubah perilaku yaitu memetik(memungut) sampah. Apabila kita ingin menegur seseorang untuk lingkungan harus bersih pasti akan timbul perasaan sedikit kesal, maka lebih baik memperlihatkan sikap melalui aksi yaitu memetik sampah.itulah awal mula komunitas Osoji Club Jakarta dimulai."
beliaupun mengatakan keresahan dengan masalah kebersihan lingkungan Indonesia yang sangat jauh berbeda dengan kebersihan Jepang, dan berpikir dirumah masing-masing bersih sekali tetapi di tempat umum dan perkotaan khusus Jakarta ini kotor, keresahan ini membuat sang Founder berpikir lebih dengan opininya yang beliau rasakan dengan pengalamannya “saya
heran tentang keadaan sampah berserakan di kota tetapi dirumah masing-masing
bersih. Toh apa bedanya?ini kan kota milik bersama.mereka tidak peduli dengan
sampahnya sendiri.menurut saya kita itu Mengandalkan petugas yang mengurusi
sampah.kita itu memiliki sifat pride atau melihat diri ini lebih tinggi
dibandingkan dengan orang lain. Ini sangat erat kaitannya dengan struktur
masyarakat yang terbagi tiga golongan atas,sedang,bawah. golongan atas yaitu
pendidikan tinggi,sedang bawah tetapi belum sama-sama sadar. Orang golongan atas ini mungkin
merasa dirinya itu bukan seseorang yang mengurusi sampah.mereka menganggap yang
mengurusi sampah itu orang bawah.lalu dirumahnya memakai pembantu yang
membersihkan rumah.sehingga kebiasaan itu terbawa oleh masyarakat. Sedangkan orang yang dikota,orang yang mengurusi sampah itu orang-orang bawah. orang
bawah kemungkinan pendidikan masih belum cukup jadi tidak mengerti sama sekali
mengapa mereka(orang bawah)memungut sampah karena mereka disuruh,diperintah,digaji
akhirnya memungut sampah. jadi, menurut saya mungkin Jakarta dan kota-kota besar
keadaan seperti ini yang penuh dengan sampah yang berserakan karena latar belakang masyarakat seperti itu."jelasnya.
ashida-san menjelaskan"Latar belakang dari jepang tidak ada ya, budayanya simple disana bersih disini tidak bersih. Saya tidak mau daerah kita tinggal kotor . orang jepang yang membantu saya membersihkan kota saya,padahal bukan kota mereka disini yang sedang bertugas kerja tinggal disini,sepanjang mereka tinggal disini ini lkota mereka sebetulnya,indonesia bersih dan nyaman otomatis mereka senang.itulah kebiasaan. Saya ingin menghapus kebiasaan yang buruk. Kalau di jepang disekolah sd hingga sma mereka punya waktu bersih-bersih.setiap pulang sekolah mereka tidak langsung pulang tetapi mereka membersihkan kelas, koridor, ruang guru,wc halaman,semua mereka sendiri 10 menit tapi setiap hari jadi kebiasaan bagi diri mereka."
Ketika aksi pertama respon masyarakat terhadap sampah itu berbagai macam tanggapan,di antaranya yaitu pengalaman dari kak Leny, relawan Jakarta Osoji Club mengatakan ” selama kegiatan memetik sampah saya selalu mendengar tanggapan ”ngapain sih kok
kerajinan banget, nanti juga kan ada
yang bersihin petugasnya kok" selalu ada kata seperti itu. jadi, itulah yang
agak sulit mereka yang mengandalkan petugas kebersihan dan selama 4 tahun kami
berkegiatan masih banyak respon seperti itu. dan kami selama kegiatan dianggap
oleh masyarakat adalah petugas kebersihan. ada pengalaman lagi, jadi kita bawa kantong untuk
bersih-bersih, tiba-tiba orang-orang bilang”mbak ini sampahnya titip ya", dan kami biasanya tidak
terima karena kami bukan tempat sampah berjalan. maka lebih baik langsung buang
sampah pada tempatnya. masyarakat masih menganggap kami petugas kebersihan yang
ingin sampahnya dibawa oleh kami padahal ada tempat sampah didekat mereka.jadi
masyarakat masih banyak yang mengandalkan petugas kebersihan makanya susah
majunya kesadarannya masih kurang dan kebiasaannya mengandalkan petugas
kebersihan."
Jakarta Osoji Club memiliki pengalaman belajar di Jepang selama seminggu mengenai budaya bersih-bersih Jepang. kegiatan di Jepang yaitu mengikuti sistem pembelajaran disekolah, rutinitas warga dan petik sampah di pinggir jalan. Relawan JOC mengikuti kegiatan sistem pembelajaran disekolah Jepang dari jam belajar pukul 08.00 hingga pulang sekolah pukul 16.00. hasil yang dilaksanakannya yaitu para relawan JOC beserta siswa-siswi melakukan makan siang di jam istirahat sekolah, mereka makan siang bersama-sama yang disediakan sekolah untuk kelas masing-masing. menjelang jam istirahat setiap staff/pegawai sekolah akan menaruh kereta makanan di depan kelas masing-masing dan saat jam istirahat dimulai para siswa akan membawa masuk kereta tersebut, membagikannya ke teman-teman yang lain dan makan bersama.setelah makan siang melanjutkan kegiatan lain,setelah jam pelajaran berakhir,setiap siswa melaksanakan kegiatan bersih-bersih setiap kelas masing-masing beserta fasilitas sekolah, setiap siswa terjadwalkan untuk osoji atau piket kebersihan selama 5 kali dalam seminggu secara bergiliran dan diberikan waktu 10-15 menit.
Ashida-San menanggapi hal ini dengan kebiasaan yang dilakukan masyarakat terhadap sampahnya ”dari
segi konsep kamu dan semua orang mengerti apa yang disampaikan tentang kebersihan lingkungan atau membuang sampah, tetapi disaat untuk menerapkan
apa yang disampaikan mungkin susah. karena, tidak pernah dan jarangmelakukan hal seperti
itu. jadi tidak bisa merubah kebiasaan praktis seperti itu dengan mudah. Tidak seperti
membalikkan telapak tangan,karena butuh waktu. Makanya,kegiatan kita ini
simple sekali. baru-baru ini kita disorot media massa,mereka beranggapan bahwa jakarta
osoji club kita ini adalah komunitas yang memiliki ilmu
pengetahuan yang canggih tentang lingkungan padahal tidak. kami hanyalah sekumpulan orang biasa yang 4 tahun
kegiatan hanyalah memetik sampah. namanya kebiasaan itu melakukan berulang-ulang
kali baru terbiasa"
ashida-san menjelaskan"Latar belakang dari jepang tidak ada ya, budayanya simple disana bersih disini tidak bersih. Saya tidak mau daerah kita tinggal kotor . orang jepang yang membantu saya membersihkan kota saya,padahal bukan kota mereka disini yang sedang bertugas kerja tinggal disini,sepanjang mereka tinggal disini ini lkota mereka sebetulnya,indonesia bersih dan nyaman otomatis mereka senang.itulah kebiasaan. Saya ingin menghapus kebiasaan yang buruk. Kalau di jepang disekolah sd hingga sma mereka punya waktu bersih-bersih.setiap pulang sekolah mereka tidak langsung pulang tetapi mereka membersihkan kelas, koridor, ruang guru,wc halaman,semua mereka sendiri 10 menit tapi setiap hari jadi kebiasaan bagi diri mereka."
ashida-san dan kak leny berbagi pengalaman selama kegiatan di di GBK dan Jepan.di Gbk pengalaman sampah terbanyak yaitu banyaknya trashbag 50. diacara hari gomizero. nol sampah setahun
sekali memperingati mei tgl 30. arti gome(sampah) go: lima me: tiga. Dijepang 30 mei adalah hari
sampah. Tapi jatuh dihari biasa.
berikut perbedaan sistem manajemen sampah yang ada di jepang dan Indonesia. pengalaman tahun lalu relawan Jakarta Osoji Club makan malam bersama warga jepang, setelah makan malam para relawan mencuci piring,membereskan meja makan, dan memilah sampah rumah tangga. pemilahan sampah rumah tangga ada sampah kertas,sampah plastik,sampah kaleng,sisa makanan,pakaian bekas,sampah pecah belah(kaca,keramik),sampah elektronik,furniture. berikut pengalaman dari Ashida-san selama dj Jepang"jumlah sampah yang di hasikan djepang hampir sama dengan dijakarta,tapi disana masih bisa
diatur begitu sampah banyak luarbiasa seperti batargebang,itu belum smua. Di
seluruh indonesia. Dijepang tidak kelihatan, nah pertama karna kesadaran misalkan dirumah tangga,jadi pihak pemerintah memberikan satu
peraturan kalender sampah disitu dijelaskan cara memilah. seperti hari senin
sampah plastik. Sehingga ibu rumah tangga,jbu berbelanja disupermarket banyak
sampah plastik semua diikumpulin.besok hari selasa kaleng-kalengan yang tertulis peraturan
harus dipilah dan dibersihkan dahulu lalu dipenyokkan,dihancurkan dan
dibuang,.rabu sampah mentah atau sisa-sisa makanan dipilah sampai beberapa
macam tetapi masyarakat nurut,biasanya ibu-ibu melakukannya setiap malam
hari.kemudian ditaruh di tempat pembuangan sampah sementara. Jadi ada pemukiman
dan beberapa titik tpss ,lalu dibuang pada sesuai jadwal waktu
ditentukan,misalkan pagi jam 08.10. ada aturan waktu. Jadi mereka taat
waktu,kalau telat tidak diangkat. Apalagi sampah mentah/makanan apabila
dibiarkan akan bau. Apabila tidak dibuang atau telat sampah tersebut ada alamat
dan nama pemilik sehingga malu sampahnya tidak dibuang.mana ada di masyarakat
indonesia mau seperti ini. Biasanya saya disaat berangkat kerja yang dibawa ada sampah yang dipilah ibu,dia yang pilah lalu saya yang bawa dekat stasiun. Tangan kiri sampah dan
tangan kanan tas kerja. Jadi masing-masing punya peranan dirumah tangga seperti
itu.pertama pihak pemerintah membuat peraturan harus ditata dengan
baik,kemudian rumah tangga bahwa harus memilah sampah sesuai aturan. Kemudian
mereka menampung di tpss balik lagi ke pemerintah.mereka harus adil dan sesuai
waktu . Semua diambil ke pabrik sampah, jadi beberapa sampah yang bisa dibakar
mereka bakar,plastik dibawa ke tempat pemungutan akhir. sampah tersebut membuat polusi ini tetap dibakar habis jadi bubuk,tetapi dibakar menggunakan mesin"
jadi dari hasil diskusi ini, Jakarta Osoji Club ini sangat peduli terhadap sampah. JOC mengajarkan kebiasaan peduli terhadap samphnya agar terbiasa dan disiplin serta bertanggung jawab terhadap sampahnya. sehingga menularkan virus untuk peduli akan lingkungan agar tetap bersih,rapih. menerapkan ke seluruh lapisan masyarakat. tekad dan niat yang kuat sehingga mampu mengajak dan menginspirasi masyarakat dari berbagai daerah untuk peduli lingkungan khususnya sampah. hal kecil yang dilakukan berulang-ulang akan semakin terbiasa untuk memungut sampah untuk dibuang ditempat sampah. ayo buanglah sampah pada tempatnya, dan terpilah! agar sampah ya terpilah organik dan non organik saja dapat dimanfaatkan kembali sehingga mampu meminimalisir sampah yang akan dibuang di tempat pembuangan sampah akhir. Terimakasih kepada Founder Jakarta Osoji club Tsuyoshi Ashida dan relawan kak Leny yang telah meluangkan waktunya dan berbagi pengalamannya bersama kami. kami sangat senang mendapatkan ilmu dan pengalamannya semoga bermanfaat dan terus sukses Jakarta Osoji Club! "Malu buang sampah sembarangan!"
jadi dari hasil diskusi ini, Jakarta Osoji Club ini sangat peduli terhadap sampah. JOC mengajarkan kebiasaan peduli terhadap samphnya agar terbiasa dan disiplin serta bertanggung jawab terhadap sampahnya. sehingga menularkan virus untuk peduli akan lingkungan agar tetap bersih,rapih. menerapkan ke seluruh lapisan masyarakat. tekad dan niat yang kuat sehingga mampu mengajak dan menginspirasi masyarakat dari berbagai daerah untuk peduli lingkungan khususnya sampah. hal kecil yang dilakukan berulang-ulang akan semakin terbiasa untuk memungut sampah untuk dibuang ditempat sampah. ayo buanglah sampah pada tempatnya, dan terpilah! agar sampah ya terpilah organik dan non organik saja dapat dimanfaatkan kembali sehingga mampu meminimalisir sampah yang akan dibuang di tempat pembuangan sampah akhir. Terimakasih kepada Founder Jakarta Osoji club Tsuyoshi Ashida dan relawan kak Leny yang telah meluangkan waktunya dan berbagi pengalamannya bersama kami. kami sangat senang mendapatkan ilmu dan pengalamannya semoga bermanfaat dan terus sukses Jakarta Osoji Club! "Malu buang sampah sembarangan!"
Komentar
Posting Komentar