Tgl
14 mei 2016, pukul 10.15 WIB
Waste4change
dan pasukan bijak sampah melaksanakan blusukan #3 yaitu observasi dan wawancara
mendalam seputar Bank sampah yang ada di
daerah DKI Jakarta. Blusukan kali ini terbagi menjadi 4 kelompok, salah satu
dari kelompok tersebut mengunjungi Bank Sampah Hijau selaras mandiri.
Pewawancara dari waste4change ada kak Martin dan dari Komunitas Pasukan Bijak
Sampah ada kak Dina, Galih, Safira yang akan mewawancarai ibu Esti Sumarwati
selaku manajemen serta para nasabah dari Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri.
Bank sampah hijau selaras mandiri
Didirikan pada 1 juni tahun 2013 berdirilah bangunan Bank Sampah Hijau Selaras
Mandiri disingkat HSM dan diresmikan oleh Menteri Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) Bpk. DR.H. DAHLAN ISKAN tanggal 10 November 2013,
alamat lengkap di jl. Kompleks angkasa pura,RT/RW 14/06 kelurahan kebon kosong, kecamatan kemayoran,
Jakarta Pusat. Bank Sampah Selaras Hijau Mandiri beroperasi setiap hari senin s/d
jumat pada pukul 10.00-14.00 WIB, tidak beroperasi pada hari sabtu,minggu dan
hari libur. dalam rangka mengajak dan menumbuhkembangkan kepedulian sosial
untuk lingkungan terutama dalam pengelolaan persampahan dan penghijauan, serta
pengurangan sampah di TPS/TPA dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan
memanfaatkan sampah dengan program 3R (Reduce, Reuse dan Resycle) serta
perubahan perilaku masyarakat menuju lingkungan hijau,selaras,mandiri.
Bank sampah ini Menerima sampah nonorganic dan organic.
Sampah organic dijadikan kompos dan non organic dijual di lapak. Proses pengolahan
sampah organik dengan metode komposter
yang sederhana menghasilkan liquid (kompos cair) dan kompos, sedangkan sampah
non-organik dijual di lapak atau di daur ulang menjadi kreatifitas. Dari hasil liquid(pupuk
cair) dijual dengan harga 5 liter Rp 30.000 atau seliter Rp.5.000 dan kompos
3kg Rp.10.000 atau perkilo Rp 3.000.
Dari hasil penjualan sampah organik dan non organic tersebut dijadikan
untuk membayar tabungan nasabah sampah masyarakat.
Awal mula didirikannya Bank Sampah
Hijau Selaras Mandiri, Ibu Esti pun menjelaskan perasaannya yang resah terhadap
sampah dan inisiatif untuk membuat Bank sampah” Jadi itu, karena gemas dengan
sampah. disaat hujan dan tumpukan sampah membuat sampah menjadi bau dan banjir
ngalir airnya ke seluruh kompleks wah jorok sekali kan. Jadi saya dan
suami ingin sekali merubah lingkungan
menjadi bersih. Disaat menonton tv di Jogja ada bank sampah, begitu melihat ada
bank sampah bisa hilangkan 60% sampah rumah tangga, setiap melihat ada artikel
tentang bank sampah dan selalu diskusi dikelompok arisan mengenai bank sampah,jadi saya dan suami inisiatif ingin membuat bank sampah. nah, disaat ada lomba lingkungan, penyelenggaraannya dulu Koran indopos dan bank mandiri,
kita disuruh ikut Cuma syaratnya ikut lomba harus ada manajemen sampah, kebun
toga dan penghijauan, untuk kebun toga dan penghijauan kita sudah masuk tetapi
manajemen sampah belum, ini sebelumnya tempat sampah besar dan setelah jurinya melihat tempat ini sudah
dibersihkan untuk bank sampah jurinya pun senang dan sudah membuat kompos.
Akhirnya disaat penilaian belum memenang Rp,40juta, karena jurinya senang kita
dijadikan nominasi favorit RT terkompak,Rp.2,5jt. Kearifan local taman bunga
rosella Rp.5jt, awal mula ini modal sendiri. Suami dan istri bekerjasama dengan
RT, ahirnya dari semua hasil dana lomba kita kumpulkan lalu rapat bersama RT,
kita diskusi nih punya dana Rp,7.5juta buat makan-makan atau untuk apa, kan
saya sudah sounding tentang bank sampah oh akhirnya warga sepakat ingin membuat
bank sampah. Jadi awal mula berdiri bermodalkan bank sampah itu dari hasil dana
perlombaan, tetapi dengan modal awal dari hadiah itu masih belum
cukup untuk membangun bank sampah sehingga pada akhirnya menghimpun dana dari
iuran sumbangan masyarakat,”
Bank sampah Hijau selaras mandiri
pada awal mula tidak ada kerjasama dengan Pemerintah, hingga Ibu Esti pun
menceritakan awal mula bekerjasama dengan pemerintah “Awalnya bank sampah belum
jadi dan berdiri kita ya begiini aja , sendiri berjalan. sampai suatu saat
ada orang namanya mas Subhan dari yayasan my darling,jalan-jalan ke
pak lurah nanyain “pak,disekitar sini ada bank sampah?”pak lurah pun menunjuk kearah
sini. Jadinya pak subhan datang,beliau melihat pembukuan bank sampah yang pada
saat itu kami masih memiliki 35 nasabah, saat itu pembukuan hanya menggunakan
kertas kosong diprint seperti tabanas lalu di tulis menggunakan buku bekas.
Lalu mas subhan bertanya”bu sudah didaftar dikelurahan belum bu tentang bank
sampah?”,nah disitu saya bingung loh memang gimana caranya untuk mendaftar?
Akhirnya bapaknya dua kali membawa berbagai form-form pendaftaran, ternyata
beliau adalah komunitas bank sampah di
Jakarta pusat. Kita kan ga ngerti, akhirnya dia mengajarkan untuk mendaftarkan
bank sampah ini dikelurahan, akhirnya kami mendaftar di kelurahan dan keluarlah
dari SK bank sampah yang terdaftar dikelurahan,susunan pengurus, tahun 2013
bulan November. Ini surat resminya 24 desember 2013. Sehingga, mulai dari
situlah banyak yang melihat prihatin, dan undangan mewakili kelurahan kebon
kosong.”
Ibu Esti lalu mengajarkan kita untuk
membuat kompos dari sampah organic.
Sampah organic yang sudah dicacah dan dipilah oleh warga lalu di timbang dan
masukan ke dalam tong komposter. setelah disimpan pembusukan di tong komposter
selama 2 minggu mengeluarkan cairan,yang diambil untuk dijadikan pupuk cair dan
dimasukkan ke dalam jerigen berisi 5liter. Setelah 2 bulan sampah organik
tersebut hancur dituangkan di bak penampungan dicampur sekam/serbuk gergaji dan
kotoran hewan , ditutup terpal, Kompos basah dimasukkan dalam karung,diikat
setelah kering ( 2minggu) , setelah menunggu proses pengomposan berlanjut, karena
ada gumpalan-gumpalannya kompos yang tidak mudah hancur lalu diayak dimenggunakan kawat jaring untuk
penyaringan.kemudian terakhir yaitu ayak tersebut dikemas,dilabel dan siap
untuk dijual.”
Hasil
dari penjualan sampah organic tersebut, ibu esti selaku manajer yang mengatur
seluruh keuangan dari bank sampah tersebut,
menjelaskan mengenai hasil penjualan pupuk kompos dan liquid yang
dijadikan sebagai alat tukar membayar nasabah bank sampah , “harga 10.000/3kg, liquid
5.000 seliter Dengan isi Rp.30.000/5kg. penuhnya dalam satu tong sampah itu
25liter, dan jadi kompos 25kg/se-tong.jadi dengan sampah jenuh 100kg/skala
500.setelah 2 bulan hasilnya kompos 25kg kalau 3.000/kg jadi 75.000.liquid
25liter dikali 5.000 jadi 125.000 tambah 75.000 jadi 200.000.dengan modal
50.000 bisa dijual bisa dengan hasil Rp.200.000,jadi keuntungannya 150.000.
jadi dari hasil sampah itu bisa membayar nasabah dari hasil penjualan compost
dan menjual sampah non organic di tukang lapak”.
Harga
yang diberikan dalam beberapa sampah organic dan non organic yang dijual di
Bank sampah selaras hijau mandiri, Sampah organic: Rp500/kg saya yang
memberikan nilai organic seharga itu untuk membayar warga karena telah memilah
dan memotong-motong sampah organic. Sedangkan untuk Sampah no organic warga
harus mengumpulkannya dengan cara dipilah dan dibersihkan serta rapih,agar
semakin bersih dan rapih sampah non organic akan semakin mahal harganya,
apabila kotor maka berkurang harganya, tergantung warga ada yang menerima
dengan praktis ada yang tidak, selisih harga tambahan Rp.500 untuk
memilah,mencuci,dan merapihkan, seperti :1.) Duplex:Rp 300/kg,2.)
Koran/kardus/kertas: Rp.1.000/Kg, 3.)Sampah plastic : 1.)
gelas:Rp.2.500/kg, 2.) botol: Rp
1.500/Kg.)) 4.)Aluminium :Rp.10.000, 5.) Tembaga : Rp. 20.000,6.) Elektronik
:1)Komputer : Rp.150.000, 2) mesin AC: Rp.50.000, 3) Kipas angin:Rp.15.000, Alat elektroni
seperti tv,kipas angin,ac,kulkas,aki kami terima, saya hargai itu dengan cara
saya terima dulu setelah laku saya jual dan mengambil 15%, Dari hasil tersebut
ditulis dibuku tabungan dan buku bulanan bu esti. Ada yang buku tabungannya
diminta untuk ditulis dan dibawa pulang ada yang tidak. Yang tidak dibawa
pulang karena agar ibu esti tida mengerjakan dua kali menulis di buku tabunngan
dan buku pedoman. Tergantung dari setiap nasabah mau mengambil atau tidak.
Semua dana yang tersimpan ini punya nasabah, kita hanya mengambil 15% yang
disimpan di kas, di kas pun juga masih banyak karena banyak nasabah tidak
mengambil uangnya. Jadi uangnya masih disini. Apabila rugi, itukan hanya
perhitungan diatas kertas, yang penting casual atau ada uang bisa muter.
Makanya saya juga ikut menabung disini untuk cadangan. Walaupun warga sudah
mengikuti persampahan rumah tangga ke bank sampah, tetapi mereka masih membayar
petugas persampahan. Karena masih ada sampah yang tidak bisa dibawa ke bank
sampah sehingga dibuang.”
Jenis
sampah yang diterima di Bank sampah selaras hijau mandiri“Sampah yang diterima
dari organic semua macam yang mudah membusuk kecuali tulang,sedangan non
organic segala macam. Seperti kertas,plastic,buku tulis yang covernya jadi
duplek, Koran, ember,kemasan plastic, bekas sabun,odol,baygon,bungkus kopi,
diterima asal bersih tetapi tidak dihargai karena untuk dibuat kerajinan. Nah
keuntungan dari kemasan bungkus kopi yang tidak dihargai akan dijadikan
keuntungan untuk pengrajin.kita membantu memberi bahan. Jadi, di warga itu maksudnya supaya
daripada dijadikan sampah, kalau dari sumbernya kan masih bersih. Lebih baik
dipilah saja nanti disetor kesini ditampung dan diserahkan ke pengrajin untuk
membuat kerajinan tas cantik berbahan plastic kemasan.”jelasnya bu Esti.
Bu
esti menjelaskan mengenai cara mensosialisasikan mengenai persampahan ke
masyarakat, “kita kan sebagai produser sampah,menghasilkan sampah minimal satu
kilo. Ibu-ibu dari rumah yang mau memilah,yang susah yang memilah sampah itu.
Tetapi apabila sudah terbiasa itu enak sekali. Jadi kami menganjurkan untuk dirumah
sudah sediakan 2 kantong satu untuk organik dan satunya lagi anorganic, Ada
juga dengan cara lomba memilah sampah untuk anak-anak. Dikasih dua kantong
masing-masing ayo membuang sampah organic dan non organic. Hadiah disaat lomba
itu disponsori oleh salah satu warga yaitu Mantan Menteri perhubungan sebuah
sepeda dan tiket bermalam dihotel.Lalu, kita pasang spanduk besar-besar
penjelasan beserta gambarnya sampah organic dan non organic segala macam bisa
dijual loh. Bisa kardus, bungkus
roko,bungkus sabun,bungkus susu,surat undangan,Koran, edaran-edaran, walaupun
murah seharga Rp.300/kg, tapi daripada berserakan dirumah mending dipilah lalu
dibawa ke bank sampah menghasilkan uang,
jadi mengajarkan berulang-ulang supaya memilah sampah dari rumah. Walau
ada yang malas juga misalkan”ih ngapain gue nyari rejeki dari sampah,” kita
bukan mencari rejeki dari sampah, tetapi kita menyelamatkan lingkungan dengan
mengelola sampah, bonusnya dapat ada nilai ekonominya. Kalau tidak mau memakai
uang itu ya sumbangkan. Banyak kok nasabah yang tabungannya tidak
diambil-ambil.”
Setelah
mensosialisasikan ke warga, respon warga pun masih belum banyak, “Awal mula
warga masih belum ada yang mau, nasabah pertama itu saya. Awal mula 12 orang,
masih sepuh-sepuh yang mengerti lingkugan, lama-lama warga menjadi tertarik.
Tokoh-tokoh masyarakat disiini menjadi nasabah dan meluas ke berbagai wilayah.
Kan bank sampah menjadi tempat umum, jadi yang dari bekasi sunter,pamulang dll
sudah menjadi nasabah disini. Jadi apabila anak-anak dari daerah bekasi atau
sunter datang kemari mereka membawa setoran sampah”
Berdirinya Bank sampah ini Ibu esti
menceritakan suaminya selaku pendiri Bank sampah selaras hijau mandiri serta
pengurus yang mengelolanya” Pak selamet,suami saya yang mendirikan bank sampah pada Tahun 2015
meninggal, pada saat itu.saya sebagai administrasi,.yang memilih untuk petugas
bank sampah itu pak RT. Kita kan ada ibu PKK, RT, ibu-ibu arisan setiap bulan,
yang aktif ditunjuk aja namanya sebagai anggota bank sampah kami Sehingga
aktif. Seharusnya sudah diganti petugasnya. Nah dulu beliau paling banyak
mengeluarkan dana untuk kegiatan ini secara sukarela. Pengurusnya tidak ada
keuntungan, tetapi kita baru bisa menggaji pak siun, berjualan dan memilah sampah
kardus,ditimbang, diangkat, pak siun dapat gaji permulaan Rp.50.000/bulan,
tetapi sejak tahun 2015 naik menjadi Rp.100.000/bulan. Kami hanya bisa menggaji
pak siun aja, kita-kita ga dapet gaji hanya sukarela”.
` bu esti menceritakan mengenai nasabah yang ia
sukai ”Ada
nasabah sekali setor 6kg sampah organic dan bagus-bagus, karena sampah
organiknya itu berasal dari sampah sisa jus,hancur dan baunya harum. Nasabah
itu bilang ibu saya tida bisa dating setiap hari karena rumah saya jauh. Yaudah
ditandai mbak., toh sampah jus itu bertahan lama tiga hari ya kami tunggu
hingga tiga hari sekali datang kemari. Apabila sudah membusuk juga tidak
apa-apa, jadi kita tidak pegang-pegang lagi langsung timbang dan taruh ditong
kompos. Itu masih saya toleransi. Jadi dia datang seminggu sekali atau dua,
minggu sekali. Kemudian saya mau menjelaskan nasabah kami
memiliki 3 golongan, mengengah atas dan bawah, kalau golongan atas tidak
membutuhkan duitnya,tetapi
berpartisipasi menjaga lingkungannya dan tabungannya tidak diambil
karena untuk bantuan RT atau ambil pupuk sehingga mengurangi buku tabungan,
nasabah sekarang yang aktif 91 orang, untuk orang atas hanya beberapa yang ada
di sini seperti para pejabat. Untuk mahasiswa yang masih sekolah menabung untuk
biaya tambahan, pedagang pecel,pedagang kue, mereka mengumpulkan untuk menambah modal.”
Masyarakat
ada yang membawa sampahnya ke lapak ada yang ke bank sampah. Bu esti merespon
mengenai kebiasaan masyarakat yang sudah peduli terhadap sampahnya.” Ada
masyarakat yang masih menjual ke pengepul karna harga lebih mahal disbanding
bank sampah. Sosialisasi di tempat arisan, pengajia pengumpulan warga rt/rw
rencana bank sampah hingga akhirnya menyadari da semangatnya tertanam untuk
mengelola sampah spaya tida kotor,apabila dipilah sumbernya dari rumah da bank
sampah menampung itu, karena beberapa tahun yang lalu gerakan memilah sampah
sudah ada,warga sudah memilah di tempat sampah terpilah,tetapi setelah ada
petugas sampah mengambil sampah dan diangkut di truk sampah tetap dicampur
lagi, tidak ada manfaatnya. Tapi,setelah ada bank sampah warga menyetor kesini,
jadinya sampah yang dibuang di petugas sampah it benar-benar sampah yang sdah
tida bisa dipakai. Sampah yang masuk bank sampah adalah sampah yang asih bisa
dimafaatkan dan dijual seperti sampah organic dan non organic, jadi mengapa
masyaraat lebih memilih bank sampah karena dari unsure kerjasama bersama dan
semangatnya untuk mengurangi sampah.“
Bank sampah selaras hijau mandiri sangat aktif di paguyuban,Bu Esti pun menceritakan dari pengalamannya” Paguyuban dari dinas lingkungan hidup dari walikota. Pak yayat pengurusnya tetapi setelah pindah bank sampah dialihkan dinas kebersihan,orang-orang dinas kebersihan itu belum mengerti tentang semangat bank sampah. Jadi, mereka itu hanya inginnya lapak-lapak jadi bank sampah. Dan paguyuban mulai vakum tidak ada pertemuan, padahal kumpul bersama dengan bank sampah sejakarta kan senang juga karena bisa diskusi dan sharing, jadinya kita mengenal dunia seputar bank sampah.”
Setiap
Bank sampah tidaklah selalu jalan dengan mulus, Bu Esti pun menceritakan
pengalamannya mengenai bank sampah yang sudah tutup karena gagal dalam
mengelola bank sampah dengan baik “Ada cerita dari teman mengenai bank sampah
yang tidak bisa membayar nasabahnya, ada teman bu sri rahayu daerah
pesanggrahan, Jakarta timur. Dia itu dapat uang Rp.40jt dari Unilever dibantu
disuruh membuat bank sampah. Dari awal sudah diajari hingga mengumpulkan warga
sosialisasi membentuk bank sampah, sudah enak itu daripada saya jungkir
balik mengurusi bank sampah sendiri.
Lalu pada saat sudah dibangun wilayah sana seperti perbukitan ada yang diatas
dan dibawah, mereka bilang orang-orang yang dibawah tidak mau keatas, yang di
atas tidak mau kebawah. Jadi terpaksa dibuat dua bank sampah diatas dan
dibawah. Jadi uangnya dibagi dua bank sampah Rp.20jt untuk operasional bank
sampah. Bangunannya paling sederhana dari bambu, katanya mereka”pengurusnya
yang diatas itu baik-baik jadi ada dananya Rp.20jt,nah disini malah nasabahnya
yang tidak baik karena pada pinjem dana semua.setelah dananya dipinjem tidak
ada yang balik lagi. Jadi uangnya habis. Nah
yang dibawah semua nasabahnya pada baik-baik, tetapi pengurusnya yang
tidak baik karena dananya pada dipake. Jadi dana Rp40jt tidak berhasil,ibu itu
memberitahukan ke kami jangan ada modal dulu karena saya pengalaman yang tidak
berhasil untuk membangun bank sampah. Jadi,lebih baik yaitu kesadaran
masyarakat dibandingkan dana awal itu,tetapi apabila dikasi alat fasilitas
lebih baik daripada dana. Karena uang menghasilkan perpecahan pengalaman dulu
bapak mencari barang bekas timbangan seharga Rp.70.000 untuk menimbang,pertama
kan saya kira-kira jadi satu kilo plastic Rp.800, jadi awal mula itu untung
atau rugi yang penting jangan nasabah yang rugi. Kita rugi tidak apa-apa. Nah
setelah sekian lama dan sering dipakai alat timbangan itu rusak. Kamipun
akhirnya mendapatkan sponsor dari unilever timbangan baru,lalu diberikan peralatan.
Ada
beberapa yang bank sampahnya sdah tidak jalan atau ditutup. Seperti bank sampah punya pak nanang di
cilincing. Padahal dulu terkenal banyak disorot media massa. Aku nonton di
berita dan sampai ingin sekali ke sana melihat bank sampah untuk belajar tetapi
ditolak untuk dikunjungi karena bank sampah pak nanang banyak tamu dari jepang
korea dll. Bolak-balik ke bank sampah tersebut untuk ingin belajar sehingga
bank sampah kami tidak dimulai-mulai karena awal mula ingin belajar ke bank sampah pak nanang
tetapi tidak kesampean terus. Akhirnya ya sudahlah kita belajar sendiri aja
dari pada nyari-nyari. Nah dengar-dengar bank sampah itu tutup sekarang. Tapi
akhirnya setelah warga melihat bank
sampah kami dan tertarik membuat bank sampah, warga pun menanyakan ke kami, bu
terima tidak kalau kami belajar dari bank sampah ibu?ya kami terima”
Ada
pengalaman penipuan dari Bu Esti terkait lapak yang harga mahal sehingga
menjadi pembelajaran bagi setiap bank sampah yang ada” Pengalaman mengenai
lapak, pembelajaran bagi saya makanya jadi orang jangan jadi serakah. Jadi kita
punya langganan lapak pak aris namanya yang setiap hari datang, lalu tiba ada
orang baru datang “ibu saya berani membeli mahal”nawarin sampah non
organic,jadi orang itu berniat tidak baik. Dan saya bingung lah ini barang
mahal semua.nah akhirnya saya tertarik dong, namanya pak Saimun. Dia baru
sekali datang ambil barang pertama, beres.ini saya percaya oh dia ngasih
separuh harga.”segini dulu besok saya bayar lagi sisanya. Besoknya datang, ambil
yang kedua kalinya barang yang banyak harga juga mahal,saya ingat total
Rp,1.517.300,-,dan diapun hanya membayar Rp.500.000,sisanya besok bu, nah
setelah itu hilang tidak datang lagi. Sisanya Rp.517.300 belum dibayar. Jadi,
setelah 2 kali datang tidak pernah beredar lagi pak Saimun itu. Wah, ini orang
kok penipu, nah jadi pembelajaran bagi saya dan saya berbagi pengalaman saya ke
komunitas bank sampah, “Harus Case and Care,ngga boleh setengah-setengah” jadi
saya anggap kerugian tidak tertagih.
Ada
Bank sampah selain Bank sampah selaras hijau mandiri di wilayah kebon kosong
yaitu bank sampah binaan dari Bu Esti, tetapi tidak jalan, berikut
penjelasannya “Sebenarnya kita ada bank sampah binaan di RT 12 namanya
greenfortune tapi tidak jalan karena ngga kompak antara pengurus bank sampah
dengan RT. Jadi, anak-anak muda begitu pinter disaat sosialisasi ke masyarakat
pakai bahasa ilmiah, pengurus dan RT tidak kompak,kecenderungan pengen
dia(pengurus) yang menonjol.ego nya masih muncul ingin tampil sendiri,seharusnya
pengurus dibawah Pak RT yang mengawas,
dan kerjasama untuk memilah sampah,tetapi malah pengurus dan pak RT bersaing
sehingga tidak kompak. Jadi harus
menghormati penguasa wilayah karena pak RT yang mengatur dan mewakili untuk
bekerjasama kepada warga dan kelurahan”
Dari
pengalaman yang diberikan dalam membangun Bank Sampah Selaras Hijau Mandiri, bu
Esti pun memberikan saran dan masukan untuk membangun bank sampah agar berjalan
dengan baik dan sukses ” Hal yang paling sulit untuk membuat bank sampah itu ya
ada kemauan atau nggak,karena ngga ada yang sulit kok. Ada yang mau ngga untuk
mengurusi bank sampah. Jadi kan tidak semua mau. Ada warga yang banyak kemauan
tetapi disaat sudah menjalankan kadang gagal Tipsnya untuk tidak berhenti
mengurus bank sampah jangan bosen-bosen untuk mengurus bank sampah , merubah
kebiasaan itu sangat sulit. Merubah budaya warga misalkan anak-anak saja ada
tempat sampah di tempat mainan belakang rumah, saya bilang jangan buang sampah
sembarangan ya taruh ditempatnya. Tetapi tetap saja tanpa berdosa membuang sampah sembarangan padahal
ada tempat sampah, kalian anak sekolahan membuang sampahnya jangan sembarangan
dong, ada yang nurut ada yang ngga terutama anak remaja susah dikasi tau.”
Sekian
dari hasil wawancara Ibu Esti Sumarwati,serta pak Joko dan para nasabah yang telah berbagi pengalaman yang sangat luarbiasa mengenai bank sampah. inspiratif dan salud akan niat yang sangat tulus terhadap kepedulian terhadap meminimalisir sampah. mewujudkan sampah menjadi barang yang berguna dan barang bernilai. terimakasih atas waktu dan diskusi pengalaman mengenai bank sampah selaras hijau mandiri.
Komentar
Posting Komentar